Child Stories

Boneka itu lebih pantas untuknya!!!

"Yeee, aku dibawain boneka dari Mekah!".
Hari ini aku sangat gembira karena Mama membawakan aku oleh-oleh sepulang haji. Sebuah boneka kecil, dengan pita dan perhiasan mainan. Aku sangat menyayangi boneka kecilku, sampai-sampai ketika aku sakit dan dirawat di rumah sakit, aku selalu membawanya.

"Kamu sakit apa?", tanyaku pada teman sabayaku, yang terbaring pucat. Sejak aku masuk rumah sakit, dia selalu terbaring lemah dan dikunjungi banyak orang. Ada yang menangis ada juga yang tertawa, beda sekali dengan aku. Cuma ada Mama,Papa, itupun bergantian dengan kakak-kakakku yang semuanya juga dirawat dirumah sakit yang sama tapi berbeda ruangan.

"Aku sakit leukimia kata Mama, banyak darah putihnya gitu. Kalau kamu sakit apa?"
"Gejala demam berdarah. Tapi aku udah mau pulang besok, kalau kamu pulang kapan?"
"Mm... engga tahu. Ma pulang kapan Ma?", sambil menoleh pada Mamanya yang sedang berbincang dengan Mamaku.
"Sebentar lagi!", dengan senyum manis menjawab.
"Kita sama berarti! Nanti kalau sudah keluar dari rumah sakit, kita main yuk!", ajakku.
Dia hanya mengangguk. Kemudian pandangannya tertuju pada boneka yang sedari tadi aku gendong.
"Boneka kamu bagus banget! Cantik sekali! Perhiasannya bagus deh. Aku pengen punya!"
"Iya ini dikasih Mama, oleh-oleh waktu Mama pergi haji."
"Boleh pinjem ga?"
Aku lalu membiarkan si 'Cantik' dipelukkan Dara, nama teman baruku.
Dengan sangat antusias ia memainkannya, kemudian mengelus rambutnya dan menciumnya.
"Ma, beliin yang kaya ini ya?!" pinta Dara.
"Iya, nanti ya sayang!"
Aku lalu mengambil bonekaku dari tangan Dara, dan kemudian kembali kekamarku.
Rasanya aku takut sekali si 'Cantik' diambil orang!

Keesokan harinya aku bersiap pulang dari rumah sakit, aku lihat Dara masih belum beberes. Sebelum pergi mama memegang bonekaku.
"Dek, bonekanya buat Dara aja ya?" pinta Mama.
"Engga mau! Ini kan boneka kesayangan aku!", dengan kasar aku mengambil kembali dari tangan Mama.
Mama melepaskannya, lalu Mama bilang :

"Tidak semua yang kita sayangi harus menjadi milik kita. Lebih baik kita memberikan pada orang yang lebih pantas mendapatkannya!"

 

 

"Maksudnya?", aku tidak mengerti sama sekali tentang ini.
"Dara mungkin lebih bahagia kalau ada boneka si 'Cantik', dibanding kamu yang nanti bisa Mama beliin lagi."
"Tapi kan Mama ga selalu bisa pergi haji! Kapan belinya lagi? Aku sayang si Cantik Ma!"
Aku merajuk kemudian menangis karena bonekaku diminta paksa sama Mama.
"Suatu hari nanti kamu pasti mengerti!", sambil mengelus rambutku.

Lalu aku berpamitan pada Dara, dan dengan berat hati memberikan pada Dara. Kamudian Dara terlihat sangat bahagia, matanya berbinar, mukanya seperti lebih hidup dari biasanya.

Selang beberapa minggu dari kepulanganku, Mama mendapat telpon dari seseorang dan kemudian menangis. Aku mendengarkan Mama bicara, ada nama Dara disebut-sebut!
"Kenapa Ma Dara?", tanyaku.
"Dara sudah meninggal Nak."
Aku kaget dan menangis, begitu banyak pertanyaanku dikepala tapi tak satupun keluar.
"Setiap hari dia memeluk si 'Cantik', ketika dia menghembuskan nafas terakhir, diapun memeluk si Cantik. Sekarang si Cantik, dipajang dilemari Dara. Mama Dara menanyakan, kita mau ambil lagi tidak? Lalu Mama bilang, tidak usah, biar itu jadi kenang-kenangan disana!"

Aku menangis dan termenung, ini maksud perkataan Mama waktu itu.
Kini aku bahagia dan ikhlas, membiarkan Dara bahagia disisa usianya bersama Cantik.
Aku tak akan mengerti sesuatu, sampai sebuah peristiwa menjadi saksinya.

-----------------------------the end-------------------------------