Rabu, 27 Juli 2022

July Marathon, 2022

Rasanya perlu aku menuliskan cerita tentang 'July Marathon' ini. Meskipun tidak benar-benar semua terjadi di bulan July, tetapi perasaan ini memuncak bulan ini. Ketika semua perjuangan berlari kencang seperti lari marathon. Sungguh aku terkadang lelah, tapi jika ingat bahwa ada masa depan yang aku perjuangkan, aku bangkit dari kasurku dan mulai lagi.

Mengingat perjuangan ini telah berlangsung sejak saat itu, saat duniaku terbalik. Tiba-tiba Allah cabut nikmat menjemput rizki. Aku penggangguran.Tak perlu menyalahkan orang lain, aku yang salah. Qadarullah, semoga Allah tidak menghukum atas kesalahanku.

Sejak itu, aku memutuskan menabung dan kuliah lagi. Berencana menjadi dosen. Aku pakai semua tabunganku dan tabungan hari tua untuk kuliah. Jika kurang, maka aku jual harta-hartaku. Aku berjuang terus hingga suatu waktu aku lelah dan tidak bisa mengontrol emosiku. Karena ternyata tidak cukup, dan aku bingung harus mencari kemana. Disaat seperti itu, aku tidak didukung siapapun. Lalu kemudian kejadian titik balik hidupku terjadi, saat aku kehilangan yang tersayang. Aku memutuskan, seburuk apapun keadaanku, aku tidak boleh mengikuti emosiku. Cukup satu penyesalan.

Aku terpuruk.

Seumur-umur aku belum pernah minta bantuan orang lain. Tapi begitu aku minta tolong, mereka malah kabur. Yang membuat aku menangis, selang beberapa waktu orang-orang tersebut membeli harta-harta yang bukan primer. Artinya mereka bukan tidak ada, tapi tidak menganggap aku prioritas. Baiklah... Tapi ketika sekarang mereka butuh aku, aku tidak bisa menolak. Aku tahu dan yakin, semua hal tidak perlu dibalas. Karena ada Allah yang memberikan balasan.

Dengan melihat harta yang mereka bela-bela beli tersebut harus tergadaikan saja, aku sedih. Karena aku tidak pernah marah, hanya kecewa saja. Jika saja mereka mau membantuku, mungkin kuliahku sudah selesai dan aku bisa memulai menjemput rezeki. Tapi semua atas QADAR NYA. Jadi ya sudah. Aku tidak berniat membalas mereka. Mereka berada diposisi ini membuat aku tetap membantu mereka. Meskipun aku tidak bekerja, tidak ada penghasilan. Tapi aku bisa membantu ekonomi mereka, membantu mendukung keadaan mereka yang sedang membutuhkan bantuan. Padahal itu adalah uang kuliahku yang sangat aku perlu saat ini. Harta tidak dibawa mati bukan? Aku yakin Allah Maha Penolong. Kalau bukan dari mereka, ada yang lain yang bisa membantuku atas ijin Allah. 

Kemudian aku harus bekerja kontrak, bersama teman-temanku. Aku bersyukur mereka mengajakku. Karena ada kuliah yang harus aku selesaikan. Dan aku tidak ingin mengandalkan orang lain lagi. Aku harus berdiri diatas kakiku sendiri. Perjalanan aku menjemput rezki, ternyata teman-temanku sudah berubah. Kata-kata kejam, mengambil hak, serta memeperlakukan dengan sangat tidak manusiawi. Aku menangis. Susah ini kah menjemput rezeki untukku? 

Tapi akhirnya aku bisa melewati pekerjaan ini dan bisa menabung... Aku bersyukur. Alhamdulillah.

Kemudian, perjuangan menyelasaikan kuliah ini terasa semakin 'tak karuan'. Aku harus mengejar selesainya tugas akhir. Dosen pembimbing yang selalu berkata manis, berjanji akan membantu, berjanji akan melakukan ini dan itu, tapi ternyata tak semanis ucapannya. Aku berjuang sendiri.

 Lagi.... Aku kecewa dengan berharap kepada manusia.

Awal bulan July aku sidang proposal, pertengahan July aku sidang hasil, dan sekarang menanti sidang akhir. Tapi ditengah kepanikanku karena berharap ini bisa selesai dengan lancar sebelum akhir July, tiba-tiba dosen pembimbing memintaku memasukan jurnal internasional. Padahal beliau tau, aku cerita, aku tak ingin menambah biaya kuliah semester depan. Semua uangku sudah habis. Aku tak tau bagaimana lagi cara menjemput rezeki. Aku ingin lekas selesai kuliah dan bekerja lagi.

July ini banyak air mata, lelah, bergadang, kadang tawa, tapi banyak ketakutannya. Hormonku naik turun, tubuhku babak belur, dan langkahku mulai terengah. Aku benar-benar merasa ingin lari dan menyerah saja.

Tapi aku ingat lagi kebelakang. 

Perjuanganku sudah sejauh ini.

Aku hampir mencapai garis finish!

Ingat bahwa semua bisa dilalui, yang dulu saja bisa dengan bantuan Allah. Kenapa sekarang tidak?

Bukankah, aku sekarang hanya berharap kepadaNYA?

Serahkan saja padaNYA, aku sudah usaha, aku sudah berdoa, aku sudah meng-ESAkan NYA, jadi serahkan saja selanjutnya padaNYA.

Aku ikut rencanaNYA. Sambil berdoa, apapun yang Allah rencanakan, semua yang Allah atur, semua yang menjadi kehendakNYA, pasti yang terbaik. Jadi aku berdoa, ridhokan hatiku dengan semua takdirMU, jadikan aku ikhlas, sabar dan bersyukur dengan apapun takdirMU. 

Maka kini aku harus tetap berjalan, meski tertatih-tatih, mencapai garis finish. Aku yakin perjuangan yang berat ini, tidak akan sia-sia. Akan ada kelapangan dan hadiah dariNYA. Aku menanti....


PS: Jika suatu hari aku selesaikan ini, jangan lupa perjuangan ini.

       Jika suatu hari aku sedang lapang, jangan jadi pelit.

       Jika suatu hari nanti Allah mengangkat derajatku, jangan sombong.

       Ingatlah perjuangan ini!




Kamis, 23 Juni 2022

Lupa usia

Rangkaian foto hari ini kubuka berulang kali. Kami sengaja berfoto, karena ponakan ke 3 aku akan menginjak masa remajanya di pondok. Tak terasa waktu berlalu begitu cepat. Aku pandangi ulang lagi dan lagi, ternyata wajah kami sngat mirip. Jika menggunakan masker, mungkin kita dikira kakak beradik. 
Wajahku tak begitu tua, tinggi kami hampir setara (walaupun mereka lebih tinggi), gaya kita seperti usia remaja, dan aku dapat tertawa dengan bebas.

Kemudian teringat usia...
Hahaha...

Aku tak semuda mereka, aku bahkan lebih tepat dijadikan Ibu bagi mereka. Tapi kami bisa berbagi cerita cinta & persahabatan mereka, kami bisa berbagi baju, swafoto seperti remaja, atau hanya sekedar menonton drama atau k-pop. Mereka pun menganggap aku bukan tantenya. Kadang dipanggil big sis atau malah adeknya mereka (krn tinggiku kalah).

Bersama mereka aku merasa me jadi Ibu, kakak, sahabat dan penjaganya. Kadang aku mereka menangis, tanpa bercerita. Atau dia cerita panjang kali lebar saat aku masak. Atau dia bercerita sampai tertidur dikamar. Atau mereka minta diantar-jemput dari sekolah, menemani acara sekolahnya atau hanya sekedar nonton bersama.

Alhamdulillah...

Bersama mereka, aku kadang suka lupa usiaku. Menikmati waktu-waktu yg berlalu. Tak terasa... Sungguh, aku merasa seperti seusia. Meskipun jauh... Hahaha...

Gapapa ya, kita nikmati saja momen yang ada tanpa mengeluh. Bukankah semua yg terjadi atas ijin Allah. Mungkin waktu ini memang Allah katakan ini yg terbaik. Bukankah semua orang bahagia drngan caranya masing-masing....

Semoga kelak, kami bisa terus dekat dan akrab seperti ini, tanpa jarak, tetap bahagia, Allah jaga kami dari segala fitnah, berikan kami kesempatan menjaga silaturahmi ini, dan mensyukuri apapun yg DIA berikan,  aamiin ya Robbal A'laamiin.






Jumat, 17 Juni 2022

Hanya saja

Jam menunjukan tengah malam. Aku masih terjaga. Ditemani seekor kucing yg menatap setiap gerakanku. Ia berbaring diatas kasur dengan sesekali menatapku.
Sesekali ku ajak kucingku berbicara, dan ia membaringkan kepalanya ditanganku.
Perlahan aku memejamkan kembali mataku.. Tapi... Aku teringat lagi tentang semua yg telah berlalu.
Ada sesak didada...
Meski aku berusaha melupakan dan memaafkan.
Atau tentang dia, yang katanya cinta tapi hanya sekedar bercanda. Entahlah...
Mungkin serius...
Tapi hati ini masih mengharap sesuatu yg lain. Sesuatu yg aku tunggu...
Kemudian dia menghilang.
Yg mana? Keduanya...
Sepertinya suka sekali orang menghilang dari kehidupanku.

Kicauan jangkring beriringan dengan lantunan Murottal. 
Aku menatap kembali pada kucingku, ah... Andai kamu bisa membantuku pus.
Waktu-waktu seperti ini menjadikan diriku 'overthinking'. Yang seharusnya sudah berhasil aku kurangi... 
Dan berdamai dengan kehidupan.

Tanpa sadar, waktu terus berjalan.
Entah berapa ratus kali menguap.
Tapi mata ini tetap terjaga.
Hm... Sunyi sekali...


Sampai kapan?
Bagaimana dengan hari esok?
Apa besok masih ada untukku?
Apakah akan berubah menjadi lebih baik?
Bagaimana dengan rencana-rencanaku?
Apakah esok aku bisa lebih semangat?
Atau masih sama...
Hanya mengulang terus waktu lagi lagi dan lagi, tanpa ada perubahan lebih baik?


Tapi sebetulnya segini juga Alhamdulillah.
Hanya saja, kadang membosankan.
Hanya saja, ini terasa hampa, sunyi.
Hanya saja, aku rindu.
Hanya saja, aku takut.
Hanya saja, aku.... Sangat ingin berubah menjadi lebih baik.

Apakah aku salah?

Tidak perlu dijawab.
Ya hanya saja...
Hanya saja aku sedang menunggu apa rencana Pemilik alam semesta (Allah Subhana wa ta'ala) selanjutnya, dan memilih berserah diri saja kepadaNya.
Semoga esok aku bisa menjauhi kesalahan, dan menjadikan esok lebih baik, aamiin.

Paling tidak, aku masih mampu bermimpi.
Ya.. Mimpi....


Selamat tidur.
Bermimpilah yg indah.
Jangan lupa terbangun.

Senin, 18 April 2022

Kecurangan

Semakin hari tampak kecurangan yg mereka sembunyikan. Allah tunjukan bagaimana cara mereka mempermainkan hak aku!
Awalnya aku berusaha kuat dan berfikir, "ok itu memang bukan rejeki aku". Tapi kemudian semakin hati semakin tampak kecurangan yg terus terjadi....

Aku ternyata belum sekuat itu!
Aku menangis!
Bukan melawan, tapi menangis.

Menangis dalam lantunan Quran, berbisik dengan Robbku. Mengadukan tentang kedzaliman demi kedzoliman yg terus mereka perbuat. Sedih, kecewa, sakit hati.

Sungguh aku tak sekuat itu!
Aku butuh pertolongan Mu wahai Dzat Pemilik Langit dan Bumi.
Aku memang pendosa, aku tahu dosaku banyak sekali. Tp jangan Kau hukum atas dosaku dimasa lalu. Ampunilah aku....!

Ini terasa berat untukku ya Robb...


Aku bahkan berusaha untuk tidak mengeluh pada manusia lagi. Karena mereka ga tahu apa yg aku rasa. Tapi Engkau ya Allah, lebih tahu dari siapapun. Bagaimana kecurangan ini membuat jiwa akau rapuh.



Aku mohon pertolonganMu ya Allah...
Ajari aku mkn bersyukur, meski dalam keadaan senang dan sedih.
Ajari aku untuk ridho terhadap takdirMu.
Ajari aku untuk memahami maksudMu dalam setiap peristiwa dalam hidupku.
Dunia tempatku tinggal, akhirat tempatku kembali, aku mohon selamatkan aku baik didunia dan akhirat ya Allah.


Aamiin ya Allah Aamiin

Minggu, 20 Maret 2022

Semua Baik-Baik Saja (InsyaAllah)

Perjalanan ini semakin memberat dan membutuhkan proses aku untuk dapat dengan ikhlas dan bersabar dalam menjalaninnya. Satu waktu aku butuh sekali dengan sebuah pelukan dan berkata "semua baik-baik saja". Aku berada dititik yang harus menurunkan ego dan harga diri. Ketika dulu semua menjadi 'hanya aku' dan 'aku bisa ini dan itu', sekarang bahkan kakiku terikat dalam satu tempat bahkan menundukan kepala mengiyakan semua mau mereka. Kemudian aku tahu bahwa aku memang sedang dalam fase ini, aku harus bisa menerimanya. 

Belajar kembali menata hati, pikiran, prilaku dan menjaga prakataku. 

Mungkin aku dulu terlalu banyak terbang tinggi, hingga lupa menginjakan kaki ke bumi. 

Kadang aku merasa sangat terluka, marah dan ingin lari. Tapi kembali lagi aku ingat, bahwa tidak boleh lagi ada kata pelarian. Jalani saja.... Semua akan baik-baik saja. Apakah semua yang tidak enak dan membuatmu kecewa itu buruk untukmu? Coba dulu,,, sabar dulu,,, tahan dulu,,, terima saja,,, 

Mungkin dulu ketika aku terbang, aku banyak menyakiti mereka yang berinteraksi denganku. Mungkin aku lupa bagaimana caranya berterima kasih. Atau aku terlalu menganggungkan ego dan harga diriku. Hingga aku lupa bagaimana caranya mengalah dan belajar menerima takdir.

Selama Allah masih menakdirkan ku pada satu tempat, maka itu adalah yang TERBAIK.

Aku harus belajar bersyukur dan menikmati momen-momen yang Allah berikan. Karena tidak semua bisa kembali. Ada Mama yang tidak pernah bisa aku minta maafnya lagi secara langsung. Ada masa lalu ku yang begitu membawa tawa, sedih, dan semua memori, yang aku tinggalkan hanya karena aku dan pikiran-pikiranku.

Ini lah cara Allah menjadikan aku manusia yang lebih baik, jadi jangan diulangi lagi.

Jangan Menyerah... Mengalahlah... Terimalah... Tersenyumlah.... 

SEMUA BAIK-BAIK SAJA (INSYAALLAH)




Kemudian lirik Tulus dalam judul lagu 'Diri' benar-benar menyadarkan aku tentang peneriman diri.

Hari ini kau berdamai dengan dirimu sendiri

Kau maafkan semua salahmu ampuni dirimu

Hari ini ajak lagi dirimu bicara mesra

Berjujurlah pada dirimu kau bisa percaya

 

Maafkan semua yang lalu

Ampuni hati kecilmu

 

Luka-luka hilanglah luka

Biar tenteram yang berkuasa

Kau terlalu berharga untuk luka

Katakan pada dirimu

Semua baik-baik saja

 

Bisikkanlah terima kasih pada diri sendiri

Hebat dia terus menjagamu dan sayangimu

Suarakan bilang padanya jangan paksakan apa pun

Suarakan ingatkan terus aku makna cukup

 

Luka-luka hilanglah luka

Biar senyum jadi senjata

Kau terlalu berharga untuk luka

Katakan pada dirimu

Semua baik-baik saja

 

Bila lelah menepilah

Hayati alur napasmu

 

Luka-luka hilanglah luka

Biar tenteram yang berkuasa

Kau terlalu berharga untuk luka

Katakan pada dirimu

Semua baik-baik saja

 

Luka-luka hilanglah luka

Biar tenteram yang berkuasa

Kau terlalu berharga untuk luka

Katakan pada dirimu

Semua baik-baik saja

Semua baik-baik saja

Rabu, 09 Februari 2022

10 Feb 2022

Hari keempat, isolasi mandiri. Aku dengan dinding bisu dan suara nyanyian kodok yamg memanggil datangnya sang hujan. Tahun ini tak seperti biasa, hujan jarang membasahi bumi. Buat aku, menyedihkan. Tapi buat mereka yang rawan banjir, mungkin menyenangkan. Mereka tidak perlu kehilangan materi, ataupun barang-barang kesayangannya.

Aku sedang asik mengisi keisengan isolasi mandiri ini dengan menonton. Drama, tentu saja. Karena aku melankolis yg phlagmatis kan... 

Tapi tiba-tiba aku rindu...

Bukan karena drama yg ku tonton, karena dramanya tentang rumah tangga. Apa ini karena kejenuhanku dikamar saja? Apakah karena pandemi yg membuat semua aktifitas terbatas?Entahlah... Yang pasti aku merasa rindu.

Rindu tentang masa-masa mudaku...

Ketika aku bisa bermain, tertawa lepas, bercerita tanpa batas, atau berbagi rahasia...

Aku seperti kehilangan moment "kehidupan".

Aku dengan ruangan kecil ini, usia yg tak lagi muda, sendirian menonton drama, atau menulis diary seperti remaja. Aku merasa ini bukan yg seharusnya aku lakukan di usiaku.

Aku seharusnya punya kehidupan yg lebih dari ini!!!

Ah....


Efek isolasi mandiri, pikiranku mulai meracau.


Selama 3 hari sebelumnya, aku banyak tidur. Efek obat²an yang membuatku menjadi putri tidur. Tapi hari ini, rasa kantuk itu hilang. Mungkin tubuhku mulai beradaptasi?


Ayolah, wake up!!! U must do something?!!

But i dont know what? Where? How?


Duhai Allah Sang Pemilik Alam Semesta, bantulah hambaMu ini.... I pray to You, pleaseeee change my life and getting better. I need YOU sooo much...

Please help me

Senin, 17 Januari 2022


Hey kamu....!!!

Belajarlah untuk "memaafkan dan menghadapinya".

๐ŸŒธ๐ŸŒธ๐ŸŒธ

Karena tidak semua konflik/masalah harus kamu hindari. Itu semua insyaAllah akan membuat kamu kuat, cerdas dan bijaksana.

Adakalanya kamu harus mulai me.M.A.A.F.kan....

Setiap kesalahan itu wajar!
Setiap kekeliruan itu wajar!
Setiap hal yang mengecewakan dan menyakitkan bukan untuk dihindari.

H.A.D.A.P.I

Tau ga caranya gimana "memaafkan dan menghadapi" ?

Mengandalkan diri sendiri, No!!!
Mengharapkan orang lain, No!!!
Kenapa???

๐Ÿ€Karena bahkan bayangmu akan pergi jika dalam keadaan gelap loh!๐Ÿ€

Terus gimana dongs?

๐ŸŒธ"Ya minta tolonglah sama Allah Yang Maha Besar!!!"๐ŸŒธ

Minta di-besarkan hatinya, biar masalah kecil ga jadi bikin hati sempit!
Minta di-besarkan pikirannya, biar dikasih jalan keluar terbaik dan terindah!
Minta di-besarkan jalan hidupnya, biar ga kebentur-bentur disana-sini!
Minta di-besarkan kekuatannya, biar ga cepat menyerah dan takut menghadapi yg belum ada didepan mata!

Masalahmu kecil sekali dibanding DIA yg Maha Besar!!!

Jadi, please don't run away anymore!!!

๐ŸŒธ๐ŸŒธ๐ŸŒธ

Datangi DIA yg Maha Besar --> Maafkan --> Hadapi

๐ŸŒธ๐ŸŒธ๐ŸŒธ